Guru Aswaja di Kelas Virtual
Sumber Gambar : storage.nu.or.id
Sendi kehidupan kita saat ini banyak yang berubah dan perubahannya
sangat cepat. Teknologi dari manual ke analog butuh waktu puluhan tahun bahkan ratusan
tahun. Namun ketika teknologi mengusung konsep digital, hampir semua sendi
kehidupan berubah dengan cepat dan berdampak luas. Semuanya sudah tidak biasa,
cara baru menggantikan cara lama dengan begitu cepat. Inilah yang dinamakan
dengan era disrupsi. Era revolusi industry 4.0. Era ini tidak hanya berdampak pada
dunia transportasi, ekonomi dan bisnis.
Tetapi juga berdampak kepada dunia pendidikan.
Munculnya e tiket dan e tol untuk bidang transportasi,
e banking untuk bidan ekonomi bisnis yang digunakan untuk melakukan transaksi
non tunai, dan e learning untuk pembelajaran di dunia pendidikan telah merubah pola kehidupan kita. Semuanya
itu telah mendrobrak dan merubah cara hidup kita. Lebih mudah, cepat, akurat
dan nyaman. Di mana dan kapanpun kita dapat melakukannya. Selain itu banyak
juga saat ini bermunculan aplikasi berbasis android yang memanjakan kita untuk
melakukan pekerjaan kita lebih cepat dan mudah serta nyaman. Sebut saja Gojek,
dengan gojek perjalan kita lebih nyaman dan murah. Bayangkan sebelum ada gojek,
kalau kita mau bepergian dan mau cari ojek, kita harus jalan kaki dulu ke
pangkalan ojek. Setelah dapat tawar menawar harga. Kadang kita dibuat tidak
nyaman oleh tukang ojek. Namun saat ini kita sambil tidur tiduran pesan dan
tidak lama yang akan mengantarkan kita sudah siap didepan rumah. Mau makan apa
kita hari ini? Tinggal pesan melalui aplikasi gojek atau grab. Mereka siap
membantu.
Oleh karena itu, kita perlu berpikir. Dengan
teknologi, bagaimana caranya kita belajar tentang ajaran-ajaran Aswaja tidak lagi
di kelas atau majlis dengan cara fase to fase. Belajar Aswaja tidak harus
selalu tatap muka dengan guru. Kita berharap anak cucu kita belajar Aswaja
dengan cara tidak biasa. Belajar kepada guru guru pada jaman kita masih hidup,
walaupun kita sudah tiada. Anak cucu kita belajar Aswaja tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Kelak dengan teknologi, Kyai dan guru hebat dan karismatik
masih tetap mengajarkan Aswaja walaupun beliau telah tiada 100 tahun dari generasi
ke 3 setelah masa hidup kita. Walaupun begitu, kita harus tetap menjaga tradisi,
tradisi orang-orang sholeh belajar dan pembelajaran Aswaja.
Mendigitalkan pembelajaran Aswaja di era digital
sangat penting. Karena ketika ajaran aswaja sudah dirancang sedemikian rupa dan
sudah didigitalkan, baik berupa slide, audio dan video, maka penyebaran ajaran
Aswaja bisa dilakukan di ruang-ruang media sosial. Dengan begitu, kita bisa
membagun grup grup pembelajaran Aswaja melalui aplikasi WA, IG, Telegran dan FB.
Selain itu, kita juga bisa membuka kelas virtua untuk madrasah Aswaja dengan
memanfaatkan G suite for education atau praktisnya google classroom.
Seperti halnya pada kelas nyata, dengan aplikasi
google classroom kita dapat merancang pembelajaran Aswaja secara terstruktur
dari bagian ke bagian materi keAswajaan. Namun memiliki banyak kelebihan,
diantaranya pembelajaran bisa dikakukan kapan saja dan dimana saja. Kemudian,
kelas virtual bisa diduplikasi dengan mudah. Sehingga Materi baik berupa slide,
audio dan video cukup disediakan oleh tim provinsi. Sedangkan di kabupaten
bahkan di tinggkat Kecamatan tinggal memanfaatkan materi dan sistem yang ada.
Jika pembelajaran dilakukan di kelas virtual
menggunakan google classroom, peserta bisa melukakan diskusi secara
terstruktur. Penyajian materi juga bisa diatur sedimikian rupa sesuai dengan
pekembangan peserta didik. Ada fasilitas untuk memberi tugas dan menyerahkan
tugas. Sehingga guru atau instruktur bisa melihat proges pemahaman peserta
didik terhadap materi Aswaja dengan mudah. Instruktur bisa melakukannya tidak
terikat dengan waktu. Kapan pun dan dimanapun bisa mengoreksi pekerjaan peserta
didik dan memberi nilai.
Untuk mendigitalkan pembelajaran Aswaja, perlu
melibatkan para ahli yang menguasai ajaran-ajaran Aswaja. Selain itu perlu
melibatkan orang yang mengerti tentang kurikulum pembelajaran dan orang yang
menguasai multi media. Orang yang
mengerti kurikulum pembelajaran bertugas bagaimana membuat silabus dan
pembagian materi dari pertemuan ke pertemuan yang lain. Bagaimana dan kapan
ujian serta evaluasi dilakukan adalah salah satu tugas dari orang yang mengerti
kurikulum pembelajaran. Sedangkan tim multi media bertugas mendigitalkan materi
aswaja dan pembelajaran aswaja sesuai dengan silabus dan tahapan pembelajaran.
Di samping itu, tentunnya perlu ada orang yang
menguasai bagaimana memanfaatkan google classroom untuk pembelajaran Aswaja.
Sehingga jika semuanya sudah siap, sistem pembelajaran sudah terbangun, maka
untuk dilakukan duplikasi maka perlu dilakukan TOT bagi guru atau ustad perwakilan
dari Kabupaten/ Kota. Dengan adanya TOT, peserta TOT dididik secara
konvensional maupun digital tentang materi dan pembelajaran Aswaja. Sehingga melalui
guru – ustad yang dinyatakan lulus mengikuti TOT ini yang akan menyebarluaskan
Aswaja di tingkat Kabupaten/ Kota bahkan Kecamatan, baik dengan cara biasa,
memanfaatkan media sosial, ataupun dengan membuat kelas-kelas virtual yang
terverifikasi dengan menggunakan aplikasi google classroom. Semoga melalui
digitalisasi pembelajaran Aswaja, dengan adanya guru Aswaja di kelas virtual, generasi
millineal mudah mendapatkan ajaran Islam yang moderat, santun dan menyejukkan.
Mohammad Nurul
Hajar, M. Pd.
Guru Madrasah
Diniyah Raudhatut Thalibin dan Wakil Ketua PC Pergunu Kab. Sumenep
Tags : info
pergunusumenep
PC. PERGUNU SUMENEP
Ditunggu ide-idenya pada kolom komentar sebagai ikhtiar bersama meningkatkan kualitas pendidikan
- pergunusumenep
- Sumenep-Jl. Trunojoyo No.295
- pergunusumenep9@gmail.com
- 083853117555
Posting Komentar